Kamis, 08 Januari 2015

Sekolah Dasar

Setelah mengikuti pendidikan selama satu tahun di taman kanak-kanak akhirnya aku meneruskan sekolah di sebuah sekolah dasar yang bisa dibilang favorit pada saat itu. Pada saat itu aku dan bobby teman dekatku pada saat TK daftar di sekolah yang sama, namun entah mengapa bobby tidak diterima di sekolah tersebut dan akhirnya mendaftar di sekolah yang lain. Disinilah awal perpisahanku dengan bobby sahabatku selama di TK, ini membuatku sedikit sedih dan berencana ingin pindah ke sekolah yang sama dengan bobby namun apa boleh buat nasi sudah menjadi bubur, sudah terlanjur aku diterima di sekolah dasar tersebut dan aku pun harus mulai membiasakan diri dengan teman-teman baru di sekolah.
Pada saat kelas satu SD aku bisa di bilang murid yang menonjol diantaranya murid-murid yang lainnya karena aku sudah bisa membaca dan menghitung pertambahan dan pengurangan karena memang pada saat TK aku sudah mulai mengenal huruf dan angka. Selain kegiatan belajar di sekolah aku pun mengikuti belajar tambahan atau les di tempat guruku bu Yayah dan hal tersebut membuat aku sangat dekat dengan guruku tersebut, sehingga membuatku termotivasi untuk lebih giat belajar. Ketika di kelas aku tidak merasa terasingkan seperti ketika pertama masuk taman kanak-kanak karena tidak sedikit murid dikelasku pada saat itu berasal dari TK yang sama denganku, sehingga banyak murid yang sudah aku kenal dan mengenalku termasuk di dalam kelas ada Hafian teman kelas TK yang bisa disebut sebagai musuhku ketika TK.
Pada suatu hari setelah persekolahan berjalan satu catur wulan pada saat aku selas satu SD belum memakai sistem semester tapi masih menggunakan sistem catur wulan yang membuat evaluasi hasil belajar atau pembagian rapot dilaksanakan setiap 4 bulan sekali dilaksanakanlah ujian akhir dan aku pun mendapatkan nilai yang cukup memuaskan. Setelah melaksanakan ujian catur wulan akhirnya tiba juga pembagian rapot yang harus di damping oleh orang tua masing-masing murid, dan waktu itu aku didampingi oleh ibu karena ayah berhalangan hadir sebab ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Karena ibuku sudah mengenal orang tua hafian dari semenjak kejadian ketika aku TK sehingga membuat mereka sedikit akbrab dan duduk bersebelahan ketika pembagian rapot.
Pada saat itu pembagian rapot dimulai dengan sambutan wali kelas dan sambutan dari yang lainnya termasuk dari orang tua murid dan diakhiri dengan pengumuman ranking di kelas dan penutupan. Ketika sambutan telah selesai dibacakan akhirnya penguman ranking pun dibacakan, ranking yang diumumkan hanyalah ranking 1 sampai 3 dan yang diumumkan pertama adalah rangking 3 yang diberikan kepada seorang murid putri bernama yulistya dan aku pun melihatnya berjalan ke depan kelas untuk mengambil rapotnya dan setelah aku perhatikan ternyata dia lumayan cantik dan nampaknya aku menyukainya. Kemudian dilanjutkan dengan pengumuman ranking ke 2 dan yang mendapatkannya adalah hafian, mungkin hafian pun bisa disebut pandai dalam matematika dikelas namun dia belum terlalu terampil ketika membaca dan hafian adalah salah satu orang dari beberapa orang dikelasku yang tidak mengikuti les atau belajar tambahan yang diadakan oleh bu Yayah, namun wajah kecewa terlihat dari raut muka orang tua hafian karena orang tua hafian merupakan salah satu guru di SMA yang bisa dibilang terfavorit di kotaku dan merupakan pendiri sebuah lembaga bimbingan belajar di kotaku. Hingga akhirnya pengumuman ranking 1 pun dibacakan oleh bu Yayah dan yang mendapatkan ranking satu tidak lain tidak bukan adalah aku karena semangat belajarku pada saat itu dan nilai ujianku pada saat itu yang mungkin menjadi salah satu faktor yang membuat aku mendapatkan ranking 1, aku pun maju ke depan kelas dengan tepuk tangan yang meriah dari murid-murid dan orang tua murid yang hadir dikelas pada saat itu, dengan wajah malu pun aku mengambil rapotku kemudian langsung berlari menuju ke kursiku kembali.
Orang tua hafian nampak tidak terima dengan prestasi yang diraih anaknya terutama ayahnya merasa penilaian yang di berikan oleh guru tidaklah adil, beliau berpendapat bahwa anaknya tidak menjadi ranking satu karena tidak mengikuti les atau jam tambahan yang diadakan oleh bu Yayah sehingga anaknya mendapat pendiskriminasian dalam pemberian nilai. Namun hal tersebut disanggah oleh buy ayah dan menyuruh hafian untuk membaca sebuah koran dan alhasil memang hafian pada saat itu belum terlalu lancer dalam membaca kemudian hal itulah yang menjadi faktor mengapa aku yang dipilih menjadi ranking pertama di kelas.
Pada catur wulan kedua untuk masalah nilai rapot tidak banyak berubah, aku tetap ranking pertama, hafian ranking kedua dan ranking ketiga menjadi ada dua orang karena nilai mereka sama yaitu yulistya dan yudi. Aku pun menjadi tambah antusias mengikuti kegiatan belajar di sekolah dan jam tambahan ditambah lagi ada seseorang yang mulai aku sukai dikelas yaitu yulistya jadi semakin bersemangat saja aku untuk belajar. Pada saat itu jangankan untuk mengungkapkan perasaanku padanya untuk bertatapan dan mengobrol pun aku tak sanggup karena rasa malu yang sangat besar pada diriku.
Ada beberapa kendala yang membuat aku minder atau malu untuk mendekati yulistya salah satunya karena faktor tinggi badannya yang lebih tinggi dibanding tinggi badanku. Namun dengan segala daya dan upaya akhirnya aku sempat mendapatkan perhatiannya mungkin karena prestasiku di kelas sehingga dia mulai mau memulai obrolan denganku walaupun saat itu dia menanyakan tentang pelajaran matematika kepadaku tapi aku sangat merasa senang ketika dia mau berbicara padaku. Mungkin karena skillku untuk mendekati wanita pada saat itu belum mempuni sehingga dalam menghadapi situasi seperti itu masih agak canggung dan sangat kebingungan entah apa yang harus aku ungkapkan agar bisa lebih dekat dengannya.
Kejadian yang sangat menegangkan terjadi ketika catur wulan 3 sedang berjalan, pada saat itu diadakan ulangan untuk pelajaran matematika dan seperti biasa kami sekelas mengerjakan ujian itu dengan santai dan penuh semangat, dan kejadian itu pun terjadi ketika keesokan harinya hasil ujian di bagikan oleh bu Yayah aku mendapat nilai 9 karena berhasil mengerjakan soal menggunakan cara yang telah di berikan oleh bu Yayah sementara hafian mendapat nilai 4 karena mengerjakan soal langsung pada jawbannya tanpa menggunakan cara menyelesaikan soal terlebih dahulu. Ketegangan pun terjadi di kelas pada saat pulang sekolah ketika hafian menunjukan hasil ulangannya kepada bapaknya yang pada saat itu menjemput hafian pulang sekolah dan betapa marahnya beliau ketika itu kepada bu Yayah karena melihat bahwa jawaban anaknya sudah benar namun tetap disalahkan dan diberi nilai yang sangat kecil. “saya mengajarkan anak saya untuk dapat menyelesaikan soal dengan cara yang telah saya berikan sehingga dia tidak perlu memakai cara yang diajarkan oleh ibu karena itu terlalu lama” dengan nada tinggi bapak hafian sambal menuntun hafian untuk pulang dari ke rumah, ibu Yayah pun tidak bisa berkata apa-apa dan dengan mata yang berkaca-kaca berjalan menuju kantor guru. Padahal aku masih ingat instruksi yang diberikan pada saat itu “anak-anak ini ada 10 soal ulangan matematika tentang pertambahan dan pengurangan bilangan puluhan kerjakan dengan menggunakan cara pengkotretan atau pertambahan dan pengurangan yang diurutkan kebawah” begitu kira-kira yang dikatakan bu Yayah pada saat itu.

Semenjak kejadian tersebut hafian terlihat turun motivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran di sekolah dan akhirnya pada akhir catur wulan dia tidak masuk ranking 3 besar lagi, nilainya anjlok sehingga membuat orang tuanya memindahkan dia ke sekolah dasar yang lain karena menganggap sekolah dasarku pada saat itu kuranglah berkompetensi dan memiliki guru yang mata duitan. Pelajaran yang aku dapat dari kejadian ketika aku kelas satu SD tersebut adalah walaupun kita bisa menyelesaikan suatu permasalahan dengan cara cepat namun kita jangan sampai melupakan prosedur atau cara yang harus kita tempuh untuk menyelesaikannya jangan ingin sesuatu yang instan bila harus ada prosedur atau cara yang harus kita tempuh.

Senin, 05 Januari 2015

Informasi Kelanjutan Cerita

kelanjutan story of my life akan di update minimal seminggu sekali tergantung keproduktifitasan dan kondisi kesehatan penulis . terimakasih

Taman Kanak-Kanak (TK)

Hari terus berlalu tanpa terasa umurku sudah menginjak 6 tahun lebih dan orang tuaku pun memasukan aku ke salah satu taman kanak-kanak yang berada dekat dengan kantor tempat ayahku bekerja. Pada awalnya aku enggan untuk bersekolah karena dipikiranku saat itu bahwa sekolah akan menyita waktu bermainku, tapi apa boleh buat aku pun dengan sangat terpaksa dan dengan tidak ada rasa semangat mengikuti kegiatan di taman kanak-kanak (tk) tersebut.
Pada hari pertama aku masuk sekolah itu aku tidak mau ditinggalkan oleh ibu yang mengantar aku sekolah karena aku merasa takut dan merasa terasingkan di kelas karena kebanyakan dari murid di kelasku pada saat itu sudah saling mengenal karena kebanyakan dari mereka sebelumnya mengikuti program TK kelas 0 kecil di TK tersebut sementara aku langsung masuk ke kelas 0 besar pada saat itu karena umurku sudah mencukupi.
Seminggu pertama bersekolah aku selalu meminta ibu untuk selalu menungguku di depan pintu kelas sampai akhirnya setelah seminggu berlalu aku mulai terbiasa dengan suasana kelas. Setelah seminggu pertama akhirnya aku mendapatkan seorang teman dekat , namanya bobby dia sama sepertiku merupakan murid yang terbilang baru dikelas pada saat itu. Mungkin karena sama-sama terasingkan di kelas kami berdua menjadi sangat dekat dan akrab hingga kemana pun aku pergi pada saat di sekolah pasti ada bobby bersamaku.
Hal yang selalu membuatku tertawa pada saat mengingat masa taman kanak-kanak (TK) adalah ketika kira-kira sekolah sudah berjalan 2 bulan lebih aku dan bobby membicarakan seseorang dikelas, sebut saja dia hafian. Pada saat itu hafian selalu berlaga seperti preman ketika di sekolah, dia selalu saja berlaga menjajah kepada murid yang lainnya sehingga hal tersebut membuat aku dan bobby geram. Akhirnya aku dan bobby pun berencana untuk melawan hafian, sebelum kami melawannya aku dan bobby berencana latihan tinju terlebih dahulu agar dapat bisa mengalahkan hafian yang pada saat itu badannya memang lebih besar dari aku dan bobby, mungkin karena terlalu banyak nonton tv sehingga pemikiran kami seperti itu. Kami pun memulai latihan kami di wc sekolah pada saat istirahat, ketika itu aku menyuruh bobby memukulku kearah mata karena aku melihat kalau di tv petinju selalu mengarahkan pukulannya kearah mata atau muka. Tidak kusangka dan tidak terduga  pada saat itu ketika bobby meluncurkan pukulannya ternyata pukulan bobby sangat cepat dan keras, alhasil aku pun tidak sempat menghindar dan pukulan bobby mendarat tepat di mata sebelah kananku dan membuat mataku bengkak. Bukannya melanjutkan latihan kami pada saat itu aku pun malah menangis karena kesakitan, bobby pun nampak kebingungan dan meminta maaf padaku. Namun bukannya memaafkanya aku malah memukul balik secara bertubi-tubi dan bobby pun menangis dengan sangat kencang sehingga membuat guru-guru datang ke wc dan membawaku ke ruang guru, dan aku pun pada saat itu bisa dibilang sebagai tersangka.
Setelah kejadian itu aku pun enggan bersekolah selama satu minggu karena sakit dan mungkin malu berjumpa dengan teman-teman dengan kondisi mataku yang lebam. Hingga akhirnya ayah membujukku untuk bersekolah dengan membelikanku kacamata hitam model boboho yang pada saat itu sangat ngetrend di anak-anak kecil seusiaku, aku pun bersedia untuk sekolah kembali dengan menggunakan kaca mata tersebut. Sesampainya disekolah aku menjadi pusat perhatian teman-teman yang lain karena mungkin mereka heran kenapa aku kesekolah memakai kacamata, namun aku dengan cueknya bejalan menuju kelas karena pada saat itu mungkin aku merasa keren dengan kacamata yang aku pakai tersebut. Bobby pun menghampiri ku ketika dikelas dan meminta maaf kepadaku karena merasa bersalah telah memukulku dan aku pun memaafkannya dan meminjamkan kacamataku kepada bobby karena dia juga ingin memakainya.
Setelah tiga hari bersekolah dengan memakai kacamata tersebut pada saat istirahat aku dan bobby seperti biasa jajan ke depan sekolah karena banyak tukang dagang makanan di depan gerbang sekolah. Dan akhirnya sesuatu yang buruk terjadi pada saat itu kami di hampiri hafian dan dia pun menghinaku karena selalu memakai kacamata, aku pun tidak menerima hinaan tersebut dan melemparkan jajananku kearah hafian sehingga membuat bajunya kotor dan hafian pun menghampiriku dan memukul mataku sehingga membuat kacamataku patah, kemudian bobby pun membelaku dengan memukul hafian dan akhirnya kami berdua mengkroyok hafian hingga babak belur dan akhirnya kami dan orang tua kami berdua dipanggil ke ruang kepala sekolah dan kami pun di beri peringatan keras oleh kepala sekolah apabila terjadi kejadian seperti itu maka kami disarankan untuk tidak melanjutkan sekolah.
Setelah kejadian tersebut ketika pulang ke rumah aku dimarahi habis-habisan oleh ibu dan ibu pun melaporkan kejadian yang terjadi di sekolah kepada ayah yang sedang bekerja melalui telfon. Aku pun mengurung diri di kamar dan ketika ayah pulang aku merasa sangat ketakutan karena pasti ayah akan sangat marah dengan perbuatanku disekolah. Kemudian ayah pun masuk ke kamarku dan menyuruhku untuk bangun dari tempat tidur dan melihat keadaanku dan setelah melihatku tidak apa-apa dia pun menanyakan apa yang terjadi dan aku pun menceritakan semuanya kepada ayah. Awalnya aku menyangka akan dimarahi oleh ayah namun ternyata ayah tidak memarahiku dan hanya menasehatiku dengan kata yang sampai saat ini masih aku ingat “kalo mau berkelahi jangan di sekolah, nanti aja kalo udah diluar baru kelahi. Kalo pengen ngalahin di sekolah jangan kelahi tapi kalahin dengan prestasi yang bagus disekolah.”
Aku pun termotifasi oleh ayah dan berusaha untuk menunjukan prestasiku disekolah awalnya aku berusaha untuk berprestasi di bidang menggambar dan mewarnai namun aku selalu kalah dengan anak putri yang memang lebih ahli dalam hal tersebut. Aku pun mulai kebingungan untuk mengukir prestasi apa yang cocok untukku di sekolah, sampai akhirnya pada suatu hari disekolah diajarkan tentang huruf dan angka dan aku sangat tertarik dengan huruf dan angka. Sampai pada akhirnya aku selalu minta diajarkan oleh ayah dan ibu tentang huruf dan angka di rumah setiap pulang sekolah dan setiap ayah pulang kerja aku selalu belajar huruf dan angka.

Hasilnya ketika 2 bulan sebelum selesai sekolah di taman kanak-kanak tersebut aku sudah bisa membaca, itu terhitung lebih cepat dari pada anak-anak lainnya yang belum bisa sama sekali membaca dan aku pun terpilih sebagai perwakilan kelas yang akan membacakan sambutan ketika acara perpisahan nanti dan ketika hari itu tiba aku melihat kebanggaan yang dimiliki oleh ayah dengan memberitahu kepada orang tua yang lain bahwa yang membacakan sambutan di depan adalah anak nya. Mungkin itu pertama kalinya aku membuat ayah bangga dengan prestasiku dan aku sangat merasa senang pada saat itu selain dapat membanggakan orang tua yang mungkin baru aku sadari saat ini.