Setelah mengikuti pendidikan selama satu tahun di
taman kanak-kanak akhirnya aku meneruskan sekolah di sebuah sekolah dasar yang
bisa dibilang favorit pada saat itu. Pada saat itu aku dan bobby teman dekatku
pada saat TK daftar di sekolah yang sama, namun entah mengapa bobby tidak
diterima di sekolah tersebut dan akhirnya mendaftar di sekolah yang lain.
Disinilah awal perpisahanku dengan bobby sahabatku selama di TK, ini membuatku
sedikit sedih dan berencana ingin pindah ke sekolah yang sama dengan bobby namun
apa boleh buat nasi sudah menjadi bubur, sudah terlanjur aku diterima di
sekolah dasar tersebut dan aku pun harus mulai membiasakan diri dengan
teman-teman baru di sekolah.
Pada saat kelas satu SD aku bisa di bilang murid
yang menonjol diantaranya murid-murid yang lainnya karena aku sudah bisa
membaca dan menghitung pertambahan dan pengurangan karena memang pada saat TK
aku sudah mulai mengenal huruf dan angka. Selain kegiatan belajar di sekolah
aku pun mengikuti belajar tambahan atau les di tempat guruku bu Yayah dan hal
tersebut membuat aku sangat dekat dengan guruku tersebut, sehingga membuatku
termotivasi untuk lebih giat belajar. Ketika di kelas aku tidak merasa
terasingkan seperti ketika pertama masuk taman kanak-kanak karena tidak sedikit
murid dikelasku pada saat itu berasal dari TK yang sama denganku, sehingga
banyak murid yang sudah aku kenal dan mengenalku termasuk di dalam kelas ada
Hafian teman kelas TK yang bisa disebut sebagai musuhku ketika TK.
Pada suatu hari setelah persekolahan berjalan satu
catur wulan pada saat aku selas satu SD belum memakai sistem semester tapi
masih menggunakan sistem catur wulan yang membuat evaluasi hasil belajar atau
pembagian rapot dilaksanakan setiap 4 bulan sekali dilaksanakanlah ujian akhir
dan aku pun mendapatkan nilai yang cukup memuaskan. Setelah melaksanakan ujian
catur wulan akhirnya tiba juga pembagian rapot yang harus di damping oleh orang
tua masing-masing murid, dan waktu itu aku didampingi oleh ibu karena ayah
berhalangan hadir sebab ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Karena ibuku
sudah mengenal orang tua hafian dari semenjak kejadian ketika aku TK sehingga
membuat mereka sedikit akbrab dan duduk bersebelahan ketika pembagian rapot.
Pada saat itu pembagian rapot dimulai dengan
sambutan wali kelas dan sambutan dari yang lainnya termasuk dari orang tua
murid dan diakhiri dengan pengumuman ranking di kelas dan penutupan. Ketika
sambutan telah selesai dibacakan akhirnya penguman ranking pun dibacakan,
ranking yang diumumkan hanyalah ranking 1 sampai 3 dan yang diumumkan pertama
adalah rangking 3 yang diberikan kepada seorang murid putri bernama yulistya
dan aku pun melihatnya berjalan ke depan kelas untuk mengambil rapotnya dan
setelah aku perhatikan ternyata dia lumayan cantik dan nampaknya aku menyukainya.
Kemudian dilanjutkan dengan pengumuman ranking ke 2 dan yang mendapatkannya
adalah hafian, mungkin hafian pun bisa disebut pandai dalam matematika dikelas
namun dia belum terlalu terampil ketika membaca dan hafian adalah salah satu
orang dari beberapa orang dikelasku yang tidak mengikuti les atau belajar
tambahan yang diadakan oleh bu Yayah, namun wajah kecewa terlihat dari raut
muka orang tua hafian karena orang tua hafian merupakan salah satu guru di SMA
yang bisa dibilang terfavorit di kotaku dan merupakan pendiri sebuah lembaga
bimbingan belajar di kotaku. Hingga akhirnya pengumuman ranking 1 pun dibacakan
oleh bu Yayah dan yang mendapatkan ranking satu tidak lain tidak bukan adalah
aku karena semangat belajarku pada saat itu dan nilai ujianku pada saat itu
yang mungkin menjadi salah satu faktor yang membuat aku mendapatkan ranking 1,
aku pun maju ke depan kelas dengan tepuk tangan yang meriah dari murid-murid
dan orang tua murid yang hadir dikelas pada saat itu, dengan wajah malu pun aku
mengambil rapotku kemudian langsung berlari menuju ke kursiku kembali.
Orang tua hafian nampak tidak terima dengan prestasi
yang diraih anaknya terutama ayahnya merasa penilaian yang di berikan oleh guru
tidaklah adil, beliau berpendapat bahwa anaknya tidak menjadi ranking satu
karena tidak mengikuti les atau jam tambahan yang diadakan oleh bu Yayah
sehingga anaknya mendapat pendiskriminasian dalam pemberian nilai. Namun hal
tersebut disanggah oleh buy ayah dan menyuruh hafian untuk membaca sebuah koran
dan alhasil memang hafian pada saat itu belum terlalu lancer dalam membaca
kemudian hal itulah yang menjadi faktor mengapa aku yang dipilih menjadi
ranking pertama di kelas.
Pada catur wulan kedua untuk masalah nilai rapot
tidak banyak berubah, aku tetap ranking pertama, hafian ranking kedua dan
ranking ketiga menjadi ada dua orang karena nilai mereka sama yaitu yulistya
dan yudi. Aku pun menjadi tambah antusias mengikuti kegiatan belajar di sekolah
dan jam tambahan ditambah lagi ada seseorang yang mulai aku sukai dikelas yaitu
yulistya jadi semakin bersemangat saja aku untuk belajar. Pada saat itu
jangankan untuk mengungkapkan perasaanku padanya untuk bertatapan dan mengobrol
pun aku tak sanggup karena rasa malu yang sangat besar pada diriku.
Ada beberapa kendala yang membuat aku minder atau
malu untuk mendekati yulistya salah satunya karena faktor tinggi badannya yang
lebih tinggi dibanding tinggi badanku. Namun dengan segala daya dan upaya
akhirnya aku sempat mendapatkan perhatiannya mungkin karena prestasiku di kelas
sehingga dia mulai mau memulai obrolan denganku walaupun saat itu dia
menanyakan tentang pelajaran matematika kepadaku tapi aku sangat merasa senang
ketika dia mau berbicara padaku. Mungkin karena skillku untuk mendekati wanita
pada saat itu belum mempuni sehingga dalam menghadapi situasi seperti itu masih
agak canggung dan sangat kebingungan entah apa yang harus aku ungkapkan agar
bisa lebih dekat dengannya.
Kejadian yang sangat menegangkan terjadi ketika
catur wulan 3 sedang berjalan, pada saat itu diadakan ulangan untuk pelajaran
matematika dan seperti biasa kami sekelas mengerjakan ujian itu dengan santai
dan penuh semangat, dan kejadian itu pun terjadi ketika keesokan harinya hasil
ujian di bagikan oleh bu Yayah aku mendapat nilai 9 karena berhasil mengerjakan
soal menggunakan cara yang telah di berikan oleh bu Yayah sementara hafian
mendapat nilai 4 karena mengerjakan soal langsung pada jawbannya tanpa
menggunakan cara menyelesaikan soal terlebih dahulu. Ketegangan pun terjadi di
kelas pada saat pulang sekolah ketika hafian menunjukan hasil ulangannya kepada
bapaknya yang pada saat itu menjemput hafian pulang sekolah dan betapa marahnya
beliau ketika itu kepada bu Yayah karena melihat bahwa jawaban anaknya sudah
benar namun tetap disalahkan dan diberi nilai yang sangat kecil. “saya
mengajarkan anak saya untuk dapat menyelesaikan soal dengan cara yang telah
saya berikan sehingga dia tidak perlu memakai cara yang diajarkan oleh ibu
karena itu terlalu lama” dengan nada tinggi bapak hafian sambal menuntun hafian
untuk pulang dari ke rumah, ibu Yayah pun tidak bisa berkata apa-apa dan dengan
mata yang berkaca-kaca berjalan menuju kantor guru. Padahal aku masih ingat
instruksi yang diberikan pada saat itu “anak-anak ini ada 10 soal ulangan
matematika tentang pertambahan dan pengurangan bilangan puluhan kerjakan dengan
menggunakan cara pengkotretan atau pertambahan dan pengurangan yang diurutkan
kebawah” begitu kira-kira yang dikatakan bu Yayah pada saat itu.
Semenjak kejadian tersebut hafian terlihat turun
motivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran di sekolah dan akhirnya pada
akhir catur wulan dia tidak masuk ranking 3 besar lagi, nilainya anjlok
sehingga membuat orang tuanya memindahkan dia ke sekolah dasar yang lain karena
menganggap sekolah dasarku pada saat itu kuranglah berkompetensi dan memiliki
guru yang mata duitan. Pelajaran yang aku dapat dari kejadian ketika aku kelas
satu SD tersebut adalah walaupun kita bisa menyelesaikan suatu permasalahan
dengan cara cepat namun kita jangan sampai melupakan prosedur atau cara yang
harus kita tempuh untuk menyelesaikannya jangan ingin sesuatu yang instan bila
harus ada prosedur atau cara yang harus kita tempuh.