Hari terus berlalu
tanpa terasa umurku sudah menginjak 6 tahun lebih dan orang tuaku pun memasukan
aku ke salah satu taman kanak-kanak yang berada dekat dengan kantor tempat
ayahku bekerja. Pada awalnya aku enggan untuk bersekolah karena dipikiranku
saat itu bahwa sekolah akan menyita waktu bermainku, tapi apa boleh buat aku
pun dengan sangat terpaksa dan dengan tidak ada rasa semangat mengikuti
kegiatan di taman kanak-kanak (tk) tersebut.
Pada hari pertama aku
masuk sekolah itu aku tidak mau ditinggalkan oleh ibu yang mengantar aku
sekolah karena aku merasa takut dan merasa terasingkan di kelas karena
kebanyakan dari murid di kelasku pada saat itu sudah saling mengenal karena
kebanyakan dari mereka sebelumnya mengikuti program TK kelas 0 kecil di TK
tersebut sementara aku langsung masuk ke kelas 0 besar pada saat itu karena
umurku sudah mencukupi.
Seminggu pertama
bersekolah aku selalu meminta ibu untuk selalu menungguku di depan pintu kelas
sampai akhirnya setelah seminggu berlalu aku mulai terbiasa dengan suasana
kelas. Setelah seminggu pertama akhirnya aku mendapatkan seorang teman dekat ,
namanya bobby dia sama sepertiku merupakan murid yang terbilang baru dikelas
pada saat itu. Mungkin karena sama-sama terasingkan di kelas kami berdua
menjadi sangat dekat dan akrab hingga kemana pun aku pergi pada saat di sekolah
pasti ada bobby bersamaku.
Hal yang selalu
membuatku tertawa pada saat mengingat masa taman kanak-kanak (TK) adalah ketika
kira-kira sekolah sudah berjalan 2 bulan lebih aku dan bobby membicarakan
seseorang dikelas, sebut saja dia hafian. Pada saat itu hafian selalu berlaga
seperti preman ketika di sekolah, dia selalu saja berlaga menjajah kepada murid
yang lainnya sehingga hal tersebut membuat aku dan bobby geram. Akhirnya aku
dan bobby pun berencana untuk melawan hafian, sebelum kami melawannya aku dan
bobby berencana latihan tinju terlebih dahulu agar dapat bisa mengalahkan
hafian yang pada saat itu badannya memang lebih besar dari aku dan bobby,
mungkin karena terlalu banyak nonton tv sehingga pemikiran kami seperti itu.
Kami pun memulai latihan kami di wc sekolah pada saat istirahat, ketika itu aku
menyuruh bobby memukulku kearah mata karena aku melihat kalau di tv petinju
selalu mengarahkan pukulannya kearah mata atau muka. Tidak kusangka dan tidak
terduga pada saat itu ketika bobby
meluncurkan pukulannya ternyata pukulan bobby sangat cepat dan keras, alhasil
aku pun tidak sempat menghindar dan pukulan bobby mendarat tepat di mata
sebelah kananku dan membuat mataku bengkak. Bukannya melanjutkan latihan kami
pada saat itu aku pun malah menangis karena kesakitan, bobby pun nampak
kebingungan dan meminta maaf padaku. Namun bukannya memaafkanya aku malah
memukul balik secara bertubi-tubi dan bobby pun menangis dengan sangat kencang
sehingga membuat guru-guru datang ke wc dan membawaku ke ruang guru, dan aku
pun pada saat itu bisa dibilang sebagai tersangka.
Setelah kejadian itu
aku pun enggan bersekolah selama satu minggu karena sakit dan mungkin malu
berjumpa dengan teman-teman dengan kondisi mataku yang lebam. Hingga akhirnya
ayah membujukku untuk bersekolah dengan membelikanku kacamata hitam model
boboho yang pada saat itu sangat ngetrend di anak-anak kecil seusiaku, aku pun
bersedia untuk sekolah kembali dengan menggunakan kaca mata tersebut.
Sesampainya disekolah aku menjadi pusat perhatian teman-teman yang lain karena
mungkin mereka heran kenapa aku kesekolah memakai kacamata, namun aku dengan
cueknya bejalan menuju kelas karena pada saat itu mungkin aku merasa keren dengan
kacamata yang aku pakai tersebut. Bobby pun menghampiri ku ketika dikelas dan
meminta maaf kepadaku karena merasa bersalah telah memukulku dan aku pun
memaafkannya dan meminjamkan kacamataku kepada bobby karena dia juga ingin
memakainya.
Setelah tiga hari
bersekolah dengan memakai kacamata tersebut pada saat istirahat aku dan bobby
seperti biasa jajan ke depan sekolah karena banyak tukang dagang makanan di
depan gerbang sekolah. Dan akhirnya sesuatu yang buruk terjadi pada saat itu
kami di hampiri hafian dan dia pun menghinaku karena selalu memakai kacamata,
aku pun tidak menerima hinaan tersebut dan melemparkan jajananku kearah hafian
sehingga membuat bajunya kotor dan hafian pun menghampiriku dan memukul mataku
sehingga membuat kacamataku patah, kemudian bobby pun membelaku dengan memukul
hafian dan akhirnya kami berdua mengkroyok hafian hingga babak belur dan
akhirnya kami dan orang tua kami berdua dipanggil ke ruang kepala sekolah dan
kami pun di beri peringatan keras oleh kepala sekolah apabila terjadi kejadian
seperti itu maka kami disarankan untuk tidak melanjutkan sekolah.
Setelah kejadian
tersebut ketika pulang ke rumah aku dimarahi habis-habisan oleh ibu dan ibu pun
melaporkan kejadian yang terjadi di sekolah kepada ayah yang sedang bekerja
melalui telfon. Aku pun mengurung diri di kamar dan ketika ayah pulang aku
merasa sangat ketakutan karena pasti ayah akan sangat marah dengan perbuatanku
disekolah. Kemudian ayah pun masuk ke kamarku dan menyuruhku untuk bangun dari
tempat tidur dan melihat keadaanku dan setelah melihatku tidak apa-apa dia pun
menanyakan apa yang terjadi dan aku pun menceritakan semuanya kepada ayah.
Awalnya aku menyangka akan dimarahi oleh ayah namun ternyata ayah tidak
memarahiku dan hanya menasehatiku dengan kata yang sampai saat ini masih aku
ingat “kalo mau berkelahi jangan di sekolah, nanti aja kalo udah diluar baru
kelahi. Kalo pengen ngalahin di sekolah jangan kelahi tapi kalahin dengan
prestasi yang bagus disekolah.”
Aku pun termotifasi
oleh ayah dan berusaha untuk menunjukan prestasiku disekolah awalnya aku
berusaha untuk berprestasi di bidang menggambar dan mewarnai namun aku selalu
kalah dengan anak putri yang memang lebih ahli dalam hal tersebut. Aku pun
mulai kebingungan untuk mengukir prestasi apa yang cocok untukku di sekolah,
sampai akhirnya pada suatu hari disekolah diajarkan tentang huruf dan angka dan
aku sangat tertarik dengan huruf dan angka. Sampai pada akhirnya aku selalu
minta diajarkan oleh ayah dan ibu tentang huruf dan angka di rumah setiap
pulang sekolah dan setiap ayah pulang kerja aku selalu belajar huruf dan angka.
Hasilnya ketika 2 bulan
sebelum selesai sekolah di taman kanak-kanak tersebut aku sudah bisa membaca,
itu terhitung lebih cepat dari pada anak-anak lainnya yang belum bisa sama
sekali membaca dan aku pun terpilih sebagai perwakilan kelas yang akan
membacakan sambutan ketika acara perpisahan nanti dan ketika hari itu tiba aku
melihat kebanggaan yang dimiliki oleh ayah dengan memberitahu kepada orang tua
yang lain bahwa yang membacakan sambutan di depan adalah anak nya. Mungkin itu
pertama kalinya aku membuat ayah bangga dengan prestasiku dan aku sangat merasa
senang pada saat itu selain dapat membanggakan orang tua yang mungkin baru aku
sadari saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar