Senin, 05 Januari 2015

Taman Kanak-Kanak (TK)

Hari terus berlalu tanpa terasa umurku sudah menginjak 6 tahun lebih dan orang tuaku pun memasukan aku ke salah satu taman kanak-kanak yang berada dekat dengan kantor tempat ayahku bekerja. Pada awalnya aku enggan untuk bersekolah karena dipikiranku saat itu bahwa sekolah akan menyita waktu bermainku, tapi apa boleh buat aku pun dengan sangat terpaksa dan dengan tidak ada rasa semangat mengikuti kegiatan di taman kanak-kanak (tk) tersebut.
Pada hari pertama aku masuk sekolah itu aku tidak mau ditinggalkan oleh ibu yang mengantar aku sekolah karena aku merasa takut dan merasa terasingkan di kelas karena kebanyakan dari murid di kelasku pada saat itu sudah saling mengenal karena kebanyakan dari mereka sebelumnya mengikuti program TK kelas 0 kecil di TK tersebut sementara aku langsung masuk ke kelas 0 besar pada saat itu karena umurku sudah mencukupi.
Seminggu pertama bersekolah aku selalu meminta ibu untuk selalu menungguku di depan pintu kelas sampai akhirnya setelah seminggu berlalu aku mulai terbiasa dengan suasana kelas. Setelah seminggu pertama akhirnya aku mendapatkan seorang teman dekat , namanya bobby dia sama sepertiku merupakan murid yang terbilang baru dikelas pada saat itu. Mungkin karena sama-sama terasingkan di kelas kami berdua menjadi sangat dekat dan akrab hingga kemana pun aku pergi pada saat di sekolah pasti ada bobby bersamaku.
Hal yang selalu membuatku tertawa pada saat mengingat masa taman kanak-kanak (TK) adalah ketika kira-kira sekolah sudah berjalan 2 bulan lebih aku dan bobby membicarakan seseorang dikelas, sebut saja dia hafian. Pada saat itu hafian selalu berlaga seperti preman ketika di sekolah, dia selalu saja berlaga menjajah kepada murid yang lainnya sehingga hal tersebut membuat aku dan bobby geram. Akhirnya aku dan bobby pun berencana untuk melawan hafian, sebelum kami melawannya aku dan bobby berencana latihan tinju terlebih dahulu agar dapat bisa mengalahkan hafian yang pada saat itu badannya memang lebih besar dari aku dan bobby, mungkin karena terlalu banyak nonton tv sehingga pemikiran kami seperti itu. Kami pun memulai latihan kami di wc sekolah pada saat istirahat, ketika itu aku menyuruh bobby memukulku kearah mata karena aku melihat kalau di tv petinju selalu mengarahkan pukulannya kearah mata atau muka. Tidak kusangka dan tidak terduga  pada saat itu ketika bobby meluncurkan pukulannya ternyata pukulan bobby sangat cepat dan keras, alhasil aku pun tidak sempat menghindar dan pukulan bobby mendarat tepat di mata sebelah kananku dan membuat mataku bengkak. Bukannya melanjutkan latihan kami pada saat itu aku pun malah menangis karena kesakitan, bobby pun nampak kebingungan dan meminta maaf padaku. Namun bukannya memaafkanya aku malah memukul balik secara bertubi-tubi dan bobby pun menangis dengan sangat kencang sehingga membuat guru-guru datang ke wc dan membawaku ke ruang guru, dan aku pun pada saat itu bisa dibilang sebagai tersangka.
Setelah kejadian itu aku pun enggan bersekolah selama satu minggu karena sakit dan mungkin malu berjumpa dengan teman-teman dengan kondisi mataku yang lebam. Hingga akhirnya ayah membujukku untuk bersekolah dengan membelikanku kacamata hitam model boboho yang pada saat itu sangat ngetrend di anak-anak kecil seusiaku, aku pun bersedia untuk sekolah kembali dengan menggunakan kaca mata tersebut. Sesampainya disekolah aku menjadi pusat perhatian teman-teman yang lain karena mungkin mereka heran kenapa aku kesekolah memakai kacamata, namun aku dengan cueknya bejalan menuju kelas karena pada saat itu mungkin aku merasa keren dengan kacamata yang aku pakai tersebut. Bobby pun menghampiri ku ketika dikelas dan meminta maaf kepadaku karena merasa bersalah telah memukulku dan aku pun memaafkannya dan meminjamkan kacamataku kepada bobby karena dia juga ingin memakainya.
Setelah tiga hari bersekolah dengan memakai kacamata tersebut pada saat istirahat aku dan bobby seperti biasa jajan ke depan sekolah karena banyak tukang dagang makanan di depan gerbang sekolah. Dan akhirnya sesuatu yang buruk terjadi pada saat itu kami di hampiri hafian dan dia pun menghinaku karena selalu memakai kacamata, aku pun tidak menerima hinaan tersebut dan melemparkan jajananku kearah hafian sehingga membuat bajunya kotor dan hafian pun menghampiriku dan memukul mataku sehingga membuat kacamataku patah, kemudian bobby pun membelaku dengan memukul hafian dan akhirnya kami berdua mengkroyok hafian hingga babak belur dan akhirnya kami dan orang tua kami berdua dipanggil ke ruang kepala sekolah dan kami pun di beri peringatan keras oleh kepala sekolah apabila terjadi kejadian seperti itu maka kami disarankan untuk tidak melanjutkan sekolah.
Setelah kejadian tersebut ketika pulang ke rumah aku dimarahi habis-habisan oleh ibu dan ibu pun melaporkan kejadian yang terjadi di sekolah kepada ayah yang sedang bekerja melalui telfon. Aku pun mengurung diri di kamar dan ketika ayah pulang aku merasa sangat ketakutan karena pasti ayah akan sangat marah dengan perbuatanku disekolah. Kemudian ayah pun masuk ke kamarku dan menyuruhku untuk bangun dari tempat tidur dan melihat keadaanku dan setelah melihatku tidak apa-apa dia pun menanyakan apa yang terjadi dan aku pun menceritakan semuanya kepada ayah. Awalnya aku menyangka akan dimarahi oleh ayah namun ternyata ayah tidak memarahiku dan hanya menasehatiku dengan kata yang sampai saat ini masih aku ingat “kalo mau berkelahi jangan di sekolah, nanti aja kalo udah diluar baru kelahi. Kalo pengen ngalahin di sekolah jangan kelahi tapi kalahin dengan prestasi yang bagus disekolah.”
Aku pun termotifasi oleh ayah dan berusaha untuk menunjukan prestasiku disekolah awalnya aku berusaha untuk berprestasi di bidang menggambar dan mewarnai namun aku selalu kalah dengan anak putri yang memang lebih ahli dalam hal tersebut. Aku pun mulai kebingungan untuk mengukir prestasi apa yang cocok untukku di sekolah, sampai akhirnya pada suatu hari disekolah diajarkan tentang huruf dan angka dan aku sangat tertarik dengan huruf dan angka. Sampai pada akhirnya aku selalu minta diajarkan oleh ayah dan ibu tentang huruf dan angka di rumah setiap pulang sekolah dan setiap ayah pulang kerja aku selalu belajar huruf dan angka.

Hasilnya ketika 2 bulan sebelum selesai sekolah di taman kanak-kanak tersebut aku sudah bisa membaca, itu terhitung lebih cepat dari pada anak-anak lainnya yang belum bisa sama sekali membaca dan aku pun terpilih sebagai perwakilan kelas yang akan membacakan sambutan ketika acara perpisahan nanti dan ketika hari itu tiba aku melihat kebanggaan yang dimiliki oleh ayah dengan memberitahu kepada orang tua yang lain bahwa yang membacakan sambutan di depan adalah anak nya. Mungkin itu pertama kalinya aku membuat ayah bangga dengan prestasiku dan aku sangat merasa senang pada saat itu selain dapat membanggakan orang tua yang mungkin baru aku sadari saat ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar