Senin, 09 Mei 2016

TIPS DAN TRIK JUDI ONLINE , 100rb jadi 10 juta

pada jaman sekarang sangat mudah untuk kita terutama yang sudah menguasai IT untuk melakukan perjudian, walaupun sudah ada undang" yg mengatur tentang larangan perjudian namun hal tersebut dapat disiasati dengan banyaknya situs judi online yang menyediakan berbagai macam jenis permainan.
saya merupakan salah satu gambler (pejudi) yang sering bermain di judi online, pahit manis pernah saya rasakan selama saya bermain judi melalui koneksi internet, dari saya menang mobil sampe kekayaan saya menjadi 0 rupiah saya pernah alami.
hal tersebut tidak membuat saya berhenti berjudi, walaupun sudah merasakan pahitnya kekalahan nampaknya saya sudah kecanduan untuk bermain walaupun hanya sekedar iseng dan tidak mencari keuntungan yang gila"an seperti dulu dan tidak sesering dulu.
hal yang saya pelajari dari perjudian adalah walaupun seberuntung apapun kamu tetap saja kamu tidak akan pernah kaya dengan judi, saran dari saya apabila pembaca merupakan orang yang baru saja menjadi pejudi di dunia online adalah "berusahalah untuk tidak menjadi miskin".

berikut saya akan memberikan tips dan trik dalam berbagai permainan supaya pembaca tidak menjadi miskin di arena perjudian online, ini bersumber dari pengalaman saya yang sudah berkecimpung di dunia ini kurang lebih 6 tahun, dan semoga bermanfaat dan membantu :)

1. SBOBET (Judi Bola)

disini saya akan memberikan saran untuk pembaca yg hobby betting di pertandingan olahraga terutama judi bola, judi bola merupakan judi yg paling pasti menurut saya karena disini kita tidak akan mengalami naik turun tetapi menang atau kalah jadi kita hanya perlu menunggu hasilnya dan lihat saldo apakah bertambah atau habis.
yang pertama apabila anda ingin menang besar dengan modal kecil mungkin sangatlah sulit, saya punya slogan "kalo 4 digit duit anda pengen jadi 7 digit ya dajal juga marah", memang sangat sulit untuk melakukan hal yg demikian, bila terjadi pun memang anda tengah di selimuti oleh dewi fortuna kali ya hehe mungkin dengan 4 digit betting anda harus mix pertandingan hingga odds 200,

namun saya punya solusi untuk anda yang mungkin ingin mencoba peruntungan anda dengan tips dan trik yang saya berikan ini, minimal deposit untuk SBOBET biasanya IDR 100k , dana tersebut bagi saya sudah cukup untuk anda yang ingin mendapatkan kemenangan IDR 10.000k atau dengan modal 100rb anda ingin 10 juta, memang diperlukan analisis yang sangat matang untuk memenangkan betting tersebut namun saya memiliki trik agar anda dapat memnangkannya dengan mudah.

dengan hanya mix 6 pertandingan dengan masing" odds lebih dari 2,00 anda bisa mewujudkannya, disinilah kuncinya mungkin anda akan kesulitan untuk memilih tim yang memiliki odds 2,00 yang pasti menang karena odds tersebut cukup besar untuk pasaran bola, namun saya punya trik untuk anda yang ingin pasti menang 10jt dengan modal 100rb

karena tips dan trik tersebut bersifat rahasia untuk lebih lanjut anda dapat berkonsultasi dengan saya secara langsung dengan menghubungi saya melalui email atau kontak apapun yang anda ketahui mengenai saya silakan hubungi.

Saya tidak menjajikan kekayaan untuk anda tapi Saya akan berusaha membuat anda tidak menjadi miskin !!!
syarat dan ketentuan berlaku. terimakasih

Kamis, 29 Januari 2015

Cinta Monyet


Liburan sekolah telah tiba dan akhirnya aku dapat beristirahat dari rutinitasku yang cukup padat di sekolah dan di tempat les. Aku berharap ayah dan ibu bisa mengajakku berlibur ke luar kota atau kemana pun yang penting aku bisa menikmati masa liburanku tapi apa boleh buat karena adikku yang pada saat itu masih kecil dan pekerjaan ayah yang sangat banyak sehingga tidak dapat mengambil cuti membuat aku hanya menikmati liburan kenaikan kelas di rumah saja. Karena hanya liburan di rumah saja sehingga membuatku menjadi bosan, kegiatan yang aku lakukan ketika liburan itu hanyalah makan, tidur, dan menonton film dan sinetron di televisi yang pada saat itu sedang musim-musimnya film dan sinetron yang mengambil topik percintaan di kalangan anak muda. Walaupun terasa sangat membosankan tetapi aku menikmati liburan kali ini, karena aku dapat beristirahat dengan cukup dan juga dapat menambah skillku untuk mendekati wanita karena sering menonton film dan sinetron tentang percintaan.
Akhirnya liburan pun berakhir, setelah kurang lebih 2 minggu waktu yang di berikan untuk berlibur aku pun harus kembali mengikuti semua kegiatan di sekolah dasarku. Perasaanku pada saat itu sungguh tak karuan karena selain senang bisa kembali bersekolah dan bertemu dengan teman-teman yang lain namun aku pun sedih karena tidak mempunyai cerita ketika liburan yang biasanya disampaikan ketika minggu pertama sekolah dan juga aku akan ketinggalan sinetron yang biasanya aku lihat ketika liburan , karena pada saat itu sinetron ditayangkan di tv pada pagi hari dan siang hari.
Namun kesedihan yang aku rasakan ketika hari pertama masuk sekolah sekejap sirna, karena baru saja aku memasuki kelas yang baru dengan wali kelas yang baru namun masih dengan teman-teman yang lama minus hafian yang pada saat itu sudah pindah sekolah, ketika pertama masuk kelas orang yang pertama kulihat adalah yulistya dengan potongan rambut barunya yang membuatnya semakin terlihat cantik dan membuatku semakin menyukainya. “hi… apa kabar ? liburan kemana kemaren ?” tanyaku kepada yulistya walaupun dengan sedikit menundukan kepala karena masih saja ada sedikit rasa malu, “iya sehat, liburan di rumah nenek aja, kamu liburan kemana ?” jawabnya sambil tersenyum padaku. Pada saat itu hatiku rasanya tak karuan sekali, kaki ku pun gemetaran karena mungkin saking tegangnya aku namun berkat sinetron dan film yang aku lihat ketika liburan aku pun kembali menjawab dan menanyakan beberapa hal kepadany, hingga akhirnya wali kelas datang untuk melakukan perkenalan.
Wajahnya yang ayu rupawan, senyumnya yang manis, dan tutur bahasanya yang indah selalu saja terbayang di benakku pada saat itu dan aku sangat menyukai segala tentangnya pada saat itu. Mungkin ini yang sering di bilang jatuh cinta pada sinetron dan film yang sering aku lihat ketika liburan, namun aku masih minder dengan tinggi badanku yang saat itu lebih pendek darinya hingga akhirnya aku meminta ayah untuk membelikanku susu yang dapat mempercepat pertumbuhan tinggi badanku. Selain meminum susu yang sudah di belikan oleh ayah aku juga melakukan beberapa cara lainnya agar tinggi badanku cepat bertambah, diantaranya aku mengikuti les renang dan sering latihan basket di rumah karena kata ayah kalo pengen tinggi harus berenang dan basket. Hingga akhirnya pada tahun itu aku kurang bersemangat untuk belajar karena termotivasi untuk menambah tinggi badanku dengan berbagai kegiatan yang bertujuan untuk menambah tinggi badan, alhasil nilai rapotku pada semester itu (pada saat itu mulai menggunakan sistem semester tidak lagi catur wulan) sedikit turun dan aku tidak lagi menjadi ranking 1 tapi turun menjadi ranking 3.
Setelah kurang lebih 8 bulan berusaha untuk menambah tinggi badan namun tetap saja aku tidak bisa melebihi tinggi yulistya, jangankan untuk lebih tinggi darinya untuk menyamakan tinggi badan kami pun masih sangat jauh, pada saat itu perbedaan tinggi kami kira-kira 15cm itu merupakan jarak yang sangat jauh karena entah mengapa yulistya tumbuh dengan sangat cepat. Hal tersebut yang menjadi beban pikiranku untuk mengungkapkan rasa yang ada dalam diriku kepadanya dan aku pun terpaksa memendam rasa ini sekian lama, namun kami menjadi sangat akrab pada saat itu karena mungkin keterbukaan satu sama lain sehingga tidak ada lagi kecanggungan dalam komunikasi yang kami lakukan.
Pada suatu hari di lapangan di sekolah dasarku yulistya menungguku ketika istirahat karena katanya ada yang ingin dia sampaikan kepadaku, “wah akankah dia mengatakan perasaanya kepadaku?” pikir dalam benakku saat itu. Setelah selesai jajan beberapa makanan di depan sekolah tak lupa aku juga membelikan minuman untuk yulistya, niatnya sih biar so sweet tapi ketika aku sampai ke lapangan terlihat yulistya sangat lah gelisah. “Ada apa yu ? nih minum dulu biar gak panik” sapaku dengan penuh canda seperti biasanya, “ini loh aku bingung” jawabnya dengan lugu, “hahaha mungkin dia bingung gimana caranya menyampaikan rasa cintanya padaku” pikirku, “emang bingung kenapa ?” sambil tersenyum aku pun mulai percaya diri, “ini yudi ngajak aku pacaran, terima jangan ya ? aku sih pengen nerima tapi takut ketauan sama ibu aku nanti aku dimarahin” jawabnya dengan polos. Betapa hancurnya perasaanku pada saat itu mengetahui selain kalah start oleh yudi ternyata yulistya pun juga nampaknya menyimpan rasa kepada yudi. “tolak aja sih kalo gitu mah nanti dimarahin loh sama ibu kamu” berharap yulistya menolaknya sehingga aku menjawab seperti itu, “tapi….” Dengan mata berkaca-kaca ia menjawab pertanyaanku, “tapi apa ?!” tanyaku sambil membuang makanan yang tadi aku beli karena mungkin aku kesal, “tapi aku juga suka sama yudi !!!!” sambil berlari ke kelas yulistya pun menghancurkan hatiku menjadi berkeping-keping. Hancur sudah semua harapan dan percuma sudah usahaku selama ini untuk mendekatinya karena ternyata dia lebih menyukai orang lain dari pada aku.

Setelah mengetahui perasaannya yang sebenarnya membuat aku sedikit sakit hati karena cintaku bertepuk sebelah tangan dan mulai saat itu aku sedikit menjauh darinya karena mungkin sakit hati yang aku terima karena dia lebih menyukai orang lain dari pada aku yang sudah hampir satu tahun terakhir belakang dekat dengannya. Mungkin bila aku lebih dulu mengungkapkan perasaanku kepadanya nasibku tidak akan semalang pada saat itu, dari pengalaman tersebut membuat aku selalu saja to the point atau langsung mengungkapkan perasaanku kepada wanita yang aku suka walaupun kami baru dekat beberapa hari atau beberapa jam. Aku selalu mengungkapkan perasaan sukaku kepada wanita yang aku suka dan menanyakan apakah dia mau menjadi pacarku karena aku tidak mau mengulang pengalaman yang membuatku sakit hati, walaupun sering ditolak karena alasan yang sama yaitu “kita baru aja kenal,mungkin terlalu cepat dan kayaknya aku gak bisa” itu yang sering dibilang oleh wanita yang menolakku walaupun pada akhirnya tetap menerimaku karena setelah itu mereka mengetahui perasaanku sehingga membuat lebih mudah untuk menjalin hubungan. Pelajaran sangat berharga dari Cinta Monyet(cinta masa kecil)ku jangan menunda-nunda untuk berharap sesuatu yang belum pasti, pastikanlah terlebih dahulu lalu lakukanlah beberapa usaha untuk mencapai apa yang telah menjadi harapan kita. 

Kamis, 08 Januari 2015

Sekolah Dasar

Setelah mengikuti pendidikan selama satu tahun di taman kanak-kanak akhirnya aku meneruskan sekolah di sebuah sekolah dasar yang bisa dibilang favorit pada saat itu. Pada saat itu aku dan bobby teman dekatku pada saat TK daftar di sekolah yang sama, namun entah mengapa bobby tidak diterima di sekolah tersebut dan akhirnya mendaftar di sekolah yang lain. Disinilah awal perpisahanku dengan bobby sahabatku selama di TK, ini membuatku sedikit sedih dan berencana ingin pindah ke sekolah yang sama dengan bobby namun apa boleh buat nasi sudah menjadi bubur, sudah terlanjur aku diterima di sekolah dasar tersebut dan aku pun harus mulai membiasakan diri dengan teman-teman baru di sekolah.
Pada saat kelas satu SD aku bisa di bilang murid yang menonjol diantaranya murid-murid yang lainnya karena aku sudah bisa membaca dan menghitung pertambahan dan pengurangan karena memang pada saat TK aku sudah mulai mengenal huruf dan angka. Selain kegiatan belajar di sekolah aku pun mengikuti belajar tambahan atau les di tempat guruku bu Yayah dan hal tersebut membuat aku sangat dekat dengan guruku tersebut, sehingga membuatku termotivasi untuk lebih giat belajar. Ketika di kelas aku tidak merasa terasingkan seperti ketika pertama masuk taman kanak-kanak karena tidak sedikit murid dikelasku pada saat itu berasal dari TK yang sama denganku, sehingga banyak murid yang sudah aku kenal dan mengenalku termasuk di dalam kelas ada Hafian teman kelas TK yang bisa disebut sebagai musuhku ketika TK.
Pada suatu hari setelah persekolahan berjalan satu catur wulan pada saat aku selas satu SD belum memakai sistem semester tapi masih menggunakan sistem catur wulan yang membuat evaluasi hasil belajar atau pembagian rapot dilaksanakan setiap 4 bulan sekali dilaksanakanlah ujian akhir dan aku pun mendapatkan nilai yang cukup memuaskan. Setelah melaksanakan ujian catur wulan akhirnya tiba juga pembagian rapot yang harus di damping oleh orang tua masing-masing murid, dan waktu itu aku didampingi oleh ibu karena ayah berhalangan hadir sebab ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Karena ibuku sudah mengenal orang tua hafian dari semenjak kejadian ketika aku TK sehingga membuat mereka sedikit akbrab dan duduk bersebelahan ketika pembagian rapot.
Pada saat itu pembagian rapot dimulai dengan sambutan wali kelas dan sambutan dari yang lainnya termasuk dari orang tua murid dan diakhiri dengan pengumuman ranking di kelas dan penutupan. Ketika sambutan telah selesai dibacakan akhirnya penguman ranking pun dibacakan, ranking yang diumumkan hanyalah ranking 1 sampai 3 dan yang diumumkan pertama adalah rangking 3 yang diberikan kepada seorang murid putri bernama yulistya dan aku pun melihatnya berjalan ke depan kelas untuk mengambil rapotnya dan setelah aku perhatikan ternyata dia lumayan cantik dan nampaknya aku menyukainya. Kemudian dilanjutkan dengan pengumuman ranking ke 2 dan yang mendapatkannya adalah hafian, mungkin hafian pun bisa disebut pandai dalam matematika dikelas namun dia belum terlalu terampil ketika membaca dan hafian adalah salah satu orang dari beberapa orang dikelasku yang tidak mengikuti les atau belajar tambahan yang diadakan oleh bu Yayah, namun wajah kecewa terlihat dari raut muka orang tua hafian karena orang tua hafian merupakan salah satu guru di SMA yang bisa dibilang terfavorit di kotaku dan merupakan pendiri sebuah lembaga bimbingan belajar di kotaku. Hingga akhirnya pengumuman ranking 1 pun dibacakan oleh bu Yayah dan yang mendapatkan ranking satu tidak lain tidak bukan adalah aku karena semangat belajarku pada saat itu dan nilai ujianku pada saat itu yang mungkin menjadi salah satu faktor yang membuat aku mendapatkan ranking 1, aku pun maju ke depan kelas dengan tepuk tangan yang meriah dari murid-murid dan orang tua murid yang hadir dikelas pada saat itu, dengan wajah malu pun aku mengambil rapotku kemudian langsung berlari menuju ke kursiku kembali.
Orang tua hafian nampak tidak terima dengan prestasi yang diraih anaknya terutama ayahnya merasa penilaian yang di berikan oleh guru tidaklah adil, beliau berpendapat bahwa anaknya tidak menjadi ranking satu karena tidak mengikuti les atau jam tambahan yang diadakan oleh bu Yayah sehingga anaknya mendapat pendiskriminasian dalam pemberian nilai. Namun hal tersebut disanggah oleh buy ayah dan menyuruh hafian untuk membaca sebuah koran dan alhasil memang hafian pada saat itu belum terlalu lancer dalam membaca kemudian hal itulah yang menjadi faktor mengapa aku yang dipilih menjadi ranking pertama di kelas.
Pada catur wulan kedua untuk masalah nilai rapot tidak banyak berubah, aku tetap ranking pertama, hafian ranking kedua dan ranking ketiga menjadi ada dua orang karena nilai mereka sama yaitu yulistya dan yudi. Aku pun menjadi tambah antusias mengikuti kegiatan belajar di sekolah dan jam tambahan ditambah lagi ada seseorang yang mulai aku sukai dikelas yaitu yulistya jadi semakin bersemangat saja aku untuk belajar. Pada saat itu jangankan untuk mengungkapkan perasaanku padanya untuk bertatapan dan mengobrol pun aku tak sanggup karena rasa malu yang sangat besar pada diriku.
Ada beberapa kendala yang membuat aku minder atau malu untuk mendekati yulistya salah satunya karena faktor tinggi badannya yang lebih tinggi dibanding tinggi badanku. Namun dengan segala daya dan upaya akhirnya aku sempat mendapatkan perhatiannya mungkin karena prestasiku di kelas sehingga dia mulai mau memulai obrolan denganku walaupun saat itu dia menanyakan tentang pelajaran matematika kepadaku tapi aku sangat merasa senang ketika dia mau berbicara padaku. Mungkin karena skillku untuk mendekati wanita pada saat itu belum mempuni sehingga dalam menghadapi situasi seperti itu masih agak canggung dan sangat kebingungan entah apa yang harus aku ungkapkan agar bisa lebih dekat dengannya.
Kejadian yang sangat menegangkan terjadi ketika catur wulan 3 sedang berjalan, pada saat itu diadakan ulangan untuk pelajaran matematika dan seperti biasa kami sekelas mengerjakan ujian itu dengan santai dan penuh semangat, dan kejadian itu pun terjadi ketika keesokan harinya hasil ujian di bagikan oleh bu Yayah aku mendapat nilai 9 karena berhasil mengerjakan soal menggunakan cara yang telah di berikan oleh bu Yayah sementara hafian mendapat nilai 4 karena mengerjakan soal langsung pada jawbannya tanpa menggunakan cara menyelesaikan soal terlebih dahulu. Ketegangan pun terjadi di kelas pada saat pulang sekolah ketika hafian menunjukan hasil ulangannya kepada bapaknya yang pada saat itu menjemput hafian pulang sekolah dan betapa marahnya beliau ketika itu kepada bu Yayah karena melihat bahwa jawaban anaknya sudah benar namun tetap disalahkan dan diberi nilai yang sangat kecil. “saya mengajarkan anak saya untuk dapat menyelesaikan soal dengan cara yang telah saya berikan sehingga dia tidak perlu memakai cara yang diajarkan oleh ibu karena itu terlalu lama” dengan nada tinggi bapak hafian sambal menuntun hafian untuk pulang dari ke rumah, ibu Yayah pun tidak bisa berkata apa-apa dan dengan mata yang berkaca-kaca berjalan menuju kantor guru. Padahal aku masih ingat instruksi yang diberikan pada saat itu “anak-anak ini ada 10 soal ulangan matematika tentang pertambahan dan pengurangan bilangan puluhan kerjakan dengan menggunakan cara pengkotretan atau pertambahan dan pengurangan yang diurutkan kebawah” begitu kira-kira yang dikatakan bu Yayah pada saat itu.

Semenjak kejadian tersebut hafian terlihat turun motivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran di sekolah dan akhirnya pada akhir catur wulan dia tidak masuk ranking 3 besar lagi, nilainya anjlok sehingga membuat orang tuanya memindahkan dia ke sekolah dasar yang lain karena menganggap sekolah dasarku pada saat itu kuranglah berkompetensi dan memiliki guru yang mata duitan. Pelajaran yang aku dapat dari kejadian ketika aku kelas satu SD tersebut adalah walaupun kita bisa menyelesaikan suatu permasalahan dengan cara cepat namun kita jangan sampai melupakan prosedur atau cara yang harus kita tempuh untuk menyelesaikannya jangan ingin sesuatu yang instan bila harus ada prosedur atau cara yang harus kita tempuh.

Senin, 05 Januari 2015

Informasi Kelanjutan Cerita

kelanjutan story of my life akan di update minimal seminggu sekali tergantung keproduktifitasan dan kondisi kesehatan penulis . terimakasih

Taman Kanak-Kanak (TK)

Hari terus berlalu tanpa terasa umurku sudah menginjak 6 tahun lebih dan orang tuaku pun memasukan aku ke salah satu taman kanak-kanak yang berada dekat dengan kantor tempat ayahku bekerja. Pada awalnya aku enggan untuk bersekolah karena dipikiranku saat itu bahwa sekolah akan menyita waktu bermainku, tapi apa boleh buat aku pun dengan sangat terpaksa dan dengan tidak ada rasa semangat mengikuti kegiatan di taman kanak-kanak (tk) tersebut.
Pada hari pertama aku masuk sekolah itu aku tidak mau ditinggalkan oleh ibu yang mengantar aku sekolah karena aku merasa takut dan merasa terasingkan di kelas karena kebanyakan dari murid di kelasku pada saat itu sudah saling mengenal karena kebanyakan dari mereka sebelumnya mengikuti program TK kelas 0 kecil di TK tersebut sementara aku langsung masuk ke kelas 0 besar pada saat itu karena umurku sudah mencukupi.
Seminggu pertama bersekolah aku selalu meminta ibu untuk selalu menungguku di depan pintu kelas sampai akhirnya setelah seminggu berlalu aku mulai terbiasa dengan suasana kelas. Setelah seminggu pertama akhirnya aku mendapatkan seorang teman dekat , namanya bobby dia sama sepertiku merupakan murid yang terbilang baru dikelas pada saat itu. Mungkin karena sama-sama terasingkan di kelas kami berdua menjadi sangat dekat dan akrab hingga kemana pun aku pergi pada saat di sekolah pasti ada bobby bersamaku.
Hal yang selalu membuatku tertawa pada saat mengingat masa taman kanak-kanak (TK) adalah ketika kira-kira sekolah sudah berjalan 2 bulan lebih aku dan bobby membicarakan seseorang dikelas, sebut saja dia hafian. Pada saat itu hafian selalu berlaga seperti preman ketika di sekolah, dia selalu saja berlaga menjajah kepada murid yang lainnya sehingga hal tersebut membuat aku dan bobby geram. Akhirnya aku dan bobby pun berencana untuk melawan hafian, sebelum kami melawannya aku dan bobby berencana latihan tinju terlebih dahulu agar dapat bisa mengalahkan hafian yang pada saat itu badannya memang lebih besar dari aku dan bobby, mungkin karena terlalu banyak nonton tv sehingga pemikiran kami seperti itu. Kami pun memulai latihan kami di wc sekolah pada saat istirahat, ketika itu aku menyuruh bobby memukulku kearah mata karena aku melihat kalau di tv petinju selalu mengarahkan pukulannya kearah mata atau muka. Tidak kusangka dan tidak terduga  pada saat itu ketika bobby meluncurkan pukulannya ternyata pukulan bobby sangat cepat dan keras, alhasil aku pun tidak sempat menghindar dan pukulan bobby mendarat tepat di mata sebelah kananku dan membuat mataku bengkak. Bukannya melanjutkan latihan kami pada saat itu aku pun malah menangis karena kesakitan, bobby pun nampak kebingungan dan meminta maaf padaku. Namun bukannya memaafkanya aku malah memukul balik secara bertubi-tubi dan bobby pun menangis dengan sangat kencang sehingga membuat guru-guru datang ke wc dan membawaku ke ruang guru, dan aku pun pada saat itu bisa dibilang sebagai tersangka.
Setelah kejadian itu aku pun enggan bersekolah selama satu minggu karena sakit dan mungkin malu berjumpa dengan teman-teman dengan kondisi mataku yang lebam. Hingga akhirnya ayah membujukku untuk bersekolah dengan membelikanku kacamata hitam model boboho yang pada saat itu sangat ngetrend di anak-anak kecil seusiaku, aku pun bersedia untuk sekolah kembali dengan menggunakan kaca mata tersebut. Sesampainya disekolah aku menjadi pusat perhatian teman-teman yang lain karena mungkin mereka heran kenapa aku kesekolah memakai kacamata, namun aku dengan cueknya bejalan menuju kelas karena pada saat itu mungkin aku merasa keren dengan kacamata yang aku pakai tersebut. Bobby pun menghampiri ku ketika dikelas dan meminta maaf kepadaku karena merasa bersalah telah memukulku dan aku pun memaafkannya dan meminjamkan kacamataku kepada bobby karena dia juga ingin memakainya.
Setelah tiga hari bersekolah dengan memakai kacamata tersebut pada saat istirahat aku dan bobby seperti biasa jajan ke depan sekolah karena banyak tukang dagang makanan di depan gerbang sekolah. Dan akhirnya sesuatu yang buruk terjadi pada saat itu kami di hampiri hafian dan dia pun menghinaku karena selalu memakai kacamata, aku pun tidak menerima hinaan tersebut dan melemparkan jajananku kearah hafian sehingga membuat bajunya kotor dan hafian pun menghampiriku dan memukul mataku sehingga membuat kacamataku patah, kemudian bobby pun membelaku dengan memukul hafian dan akhirnya kami berdua mengkroyok hafian hingga babak belur dan akhirnya kami dan orang tua kami berdua dipanggil ke ruang kepala sekolah dan kami pun di beri peringatan keras oleh kepala sekolah apabila terjadi kejadian seperti itu maka kami disarankan untuk tidak melanjutkan sekolah.
Setelah kejadian tersebut ketika pulang ke rumah aku dimarahi habis-habisan oleh ibu dan ibu pun melaporkan kejadian yang terjadi di sekolah kepada ayah yang sedang bekerja melalui telfon. Aku pun mengurung diri di kamar dan ketika ayah pulang aku merasa sangat ketakutan karena pasti ayah akan sangat marah dengan perbuatanku disekolah. Kemudian ayah pun masuk ke kamarku dan menyuruhku untuk bangun dari tempat tidur dan melihat keadaanku dan setelah melihatku tidak apa-apa dia pun menanyakan apa yang terjadi dan aku pun menceritakan semuanya kepada ayah. Awalnya aku menyangka akan dimarahi oleh ayah namun ternyata ayah tidak memarahiku dan hanya menasehatiku dengan kata yang sampai saat ini masih aku ingat “kalo mau berkelahi jangan di sekolah, nanti aja kalo udah diluar baru kelahi. Kalo pengen ngalahin di sekolah jangan kelahi tapi kalahin dengan prestasi yang bagus disekolah.”
Aku pun termotifasi oleh ayah dan berusaha untuk menunjukan prestasiku disekolah awalnya aku berusaha untuk berprestasi di bidang menggambar dan mewarnai namun aku selalu kalah dengan anak putri yang memang lebih ahli dalam hal tersebut. Aku pun mulai kebingungan untuk mengukir prestasi apa yang cocok untukku di sekolah, sampai akhirnya pada suatu hari disekolah diajarkan tentang huruf dan angka dan aku sangat tertarik dengan huruf dan angka. Sampai pada akhirnya aku selalu minta diajarkan oleh ayah dan ibu tentang huruf dan angka di rumah setiap pulang sekolah dan setiap ayah pulang kerja aku selalu belajar huruf dan angka.

Hasilnya ketika 2 bulan sebelum selesai sekolah di taman kanak-kanak tersebut aku sudah bisa membaca, itu terhitung lebih cepat dari pada anak-anak lainnya yang belum bisa sama sekali membaca dan aku pun terpilih sebagai perwakilan kelas yang akan membacakan sambutan ketika acara perpisahan nanti dan ketika hari itu tiba aku melihat kebanggaan yang dimiliki oleh ayah dengan memberitahu kepada orang tua yang lain bahwa yang membacakan sambutan di depan adalah anak nya. Mungkin itu pertama kalinya aku membuat ayah bangga dengan prestasiku dan aku sangat merasa senang pada saat itu selain dapat membanggakan orang tua yang mungkin baru aku sadari saat ini.

Jumat, 02 Januari 2015

Sekolah Agama

Mungkin karena sikapku yang makin hari makin berani, ibu memintaku untuk mengikuti sekolah agama di dekat rumah agar sikapku menjadi lebih baik lagi (tidak terlalu berani untuk berbuat). Mau tidak mau aku pun mengikuti permintaan ibuku dan mulai mengikuti sekolah agama di madrasah di dekat rumahku, walaupun malas rasanya karena sekolah agama itu dimulai pada bada ashar atau sekitar jam setengah 4 sore sampai jam 5 sore yang secara otomatis mengganggu jam mainku bersama teman-teman.
Pada hari pertamaku di sekolah agama, aku meminta ibu menemaniku saat sekolah agama dan ini berlanjut sampai seminggu aku sekolah agama dan akhirnya ibu tidak menemaniku lagi pada saat aku sekolah agama. Mulai dari minggu kedua aku mulai mempunyai beberapa teman di sekolah agama itu dan mulai merasa nyaman disana, namun masih saja hasrat ingin bermain selalu ada di benakku yang membuat aku mulai memikirkan untuk bolos sekolah agama dan bermain bersama teman-temanku yang tidak mengikuti sekolah agama di tempat aku mengikuti sekolah agama sekarang, bukannya teman-temanku yang biasanya bermain denganku ini tidak sekolah agama tapi mereka mengikuti belajar mengaji yang diadakan di tempat lain yang jadwalnya dimulai malam hari yaitu bada isya sekitar jam 7 malam sampai jam 8 malam.
Setelah hampir dua minggu mengikuti sekolah agama itu aku benar-benar mulai bosan sampai pada akhirnya ketika aku hendak berangkat menuju madrasah tempat biasa aku sekolah agama ada seorang teman dekatku namanya Rian, dia merupakan orang yang selalu diandalkan menjadi kiper apabila aku dan teman-temanku bermain bola melawan anak-anak dari desa sebelah. Dan terjadilah percakapan diantara kami :
·         Rian : “rur !!!!!”  menyapaku sambil menghampiriku
·         Aku : “woy ??”
·         Rian : “kemana aja kamu kok jarang main ke lapangan sekarang ?” sambil memperhatikan pakaianku
·         Aku : “sekarang kan aku ikut sekolah agama di madrasah jadi kalo sore gak bisa main ke lapangan lagi” jawabku sambil berjalan kembali menuju madrasah
·         Rian : “nanti jam 4 ada anak-anak dari sesa sebelah yang menantang tanding sepak bola di lapangan biasa” berlari ke arah lapangan
“waduh bagaimana ini aku ingin sekali  ikut bermain melawan anak-anak dari kampong sebelah tapi aku juga harus sekolah agama” kata hatiku sambil meneruskan langkah menuju madrasah. Sesampainya di madrasah aku terus memperhatikan jam dinding yang ada di atas papan tulis, saat itu waktu menunjukan jam 4 kurang 15 menit , masih ada 15 menit sampai mereka memulai pertandingan sepak bola tersebut.
Sempat aku kebingungan pada saat itu, tapi itu tidak berlangsung lama dan aku memutuskan untuk pergi ke lapangan dan bermain bersama teman-temanku, namun aku memerlukan alasan yang tepat untuk diberikan kepada guru yang mengajarku agar aku dapat pergi ke lapangan.
Akhirnya aku menemukan ide agar bisa meninggalkan madrasah dan menuju lapangan setelah aku melihat anak-anak yang lebih besar dariku dan berbeda kelas denganku meminta izin kepada guru untuk pergi ke toilet karena kebelet ingin buang air. Kemudian aku pun berfikiran untuk melakukan hal yang sama tapi yang menjadi kendala pada saat itu adalah aku membawa tas yang tak mungkin aku bawa ketika aku izin buang air ke toilet yang ada di luar madrasah. Memang dasar mungkin pemikiranku dari kecil memang cepat merespon masalah yang untuk mendapatkan penyelesaian dari masalah tersebut. Dan yang terlintas dipikiranku pada saat itu untuk menitipkan tas kepada teman dan nanti apabila sekolah agama sudah selesai aku akan mengambilnya kembali, aku pun menitipkan tasku kepada Soni anak tetanggaku yang umurnya sedikit dibawahku mungkin sekitar 5 -6 tahun. “Son nitip tas ya , nanti pulang sekolah agama aku ambil, kamu tunggu di depan madrasah ya nanti aku jajanin kamu baso deh, aku mau pergi ke lapangan nih” berusaha membujuk Soni agar bersedia membawakan tasku. “iya rur nanti aku bawain tapi janji ya beliin aku baso colok pulang sekolah agama” dengan muka kebingungan Soni mengatakan bersedia membawakan tasku. “mantap Son, nanti kalo gurunya nyari bilang aja aku buang air di rumah ya” aku pun beranjak menuju luar madrasah berpura-pura untuk buang air dan akhirnya berlari menuju lapangan untuk ikut bermain bersama teman-teman.
Sesampainya di lapangan ternyata pertandingan baru saja dimulai dan pada saat itu pemain yang diperbolehkan bermain hanya anak berusia 7 tahun kebawah, akupun menunggu dipinggir lapangan karena pemain yang bermain di teamku sudah pas. Ketika dipinggir lapangan aku mendengar percakapan antara beberapa orang dewasa yang menonton pertandingan ini, mereka sepertinya sedang membicarakan taruhan uang di pertandingan ini . “wah om-om ini sepertinya sedang berjudi” dalam hatiku sambil terus memperhatikan percakapan mereka, setelah mendengar beberapa percakapan mereka aku semakin yakin bahwa mereka sedang bertaruh pada pertandingan ini.
Babak pertama pun berakhir skor pada pertandingan tersebut berimbang yaitu 3-3 aku pun mengahampiri teman-teman, “rur main ya gantiin aku, aku cape nih” sambil menunjukan muka lelahnya. “ok” sautku bersemangat. Ketika kami sedang berkumpul merencanakan strategi yang akan dipakai pada babak kedua ada seorang orang dewasa yang tadi ku kuping pembicaraannya menghampiri kami dan berbicara “ayo semangat mainnya harus menang ya nanti kalo menang saya bikinin kaos team buat kalian”.
Kami pun bersemangat dan berjuang untuk memanangkan pertandingan, aku yang saat itu masih menggunakan baju koko (baju busana muslim) bermain dengan penuh semangat dan berhasil mencetak satu gold an akhirnya kami pun menang. Kemudian orang yang tadi berjanji memberi kami kaos team kepada kami menghampiri kami kembali dan berkata “ini buat kalian” dengan muka yang Nampak senang dia memberi kami uang sebesar 200 ribu rupiah, dan Zaki sebagai orang yang dituakan di team kami menerima uang itu dan mengajak kami untuk pergi ke tempat jahit untuk memesan kaso team.
Ketika pertandingan sudah selesai waktu menunjukan pukul 17.05 , aku pun kaget dan meminta izin kepada teman-teman tidak bisa ikut ke tukang jahit karena harus mengambil tasku yang tadi aku titipkan kepada Soni. “aku duluan ya” aku pun berlari menuju ke madrasah untuk membawa tasku yang telah aku titipkan kepada Soni. Sesampainya di madrasah aku kaget bukan main karena melihat madrasah pada saat itu sudah kosong, tidak ada satu orang pun yang berada disana dan aku pun masuk ke dalam madrasah untuk mencari tasku. Ternyata tasku sudah tidak ada dan entah dimana keberadaannya, lalu aku bertanya ke pada tukang baso yang ada di depan madrasah “mang , pada kemana ini ko udah sepi sih ?” tanyaku , heran , “oh iya jang, yang sekolah agama udah pada pulang tadi jam setengah 5 soalnya hari ini pulang lebih cepat karena guru-guru ada pengajian di kecamatan” jawab tukang baso. Bingung bukan main aku pada saat itu, entah kemana perginya si Soni ini terus udah mau jam setengah 6 sore juga ibu pasti nyariin aku kalo aku pulang tapi kalo aku pulang sekarang ibu pasti nanya dimana tas aku terus aku harus jawab apa, aku pun mencari Soni kesana kemari tapi tetap saja aku tidak menemukannya. Prustasi aku pada saat itu dan akhirnya aku pun memutuskan untuk pulang saja ke rumah.
Di perjalanan menuju rumah, keluarlah Soni dari rumahnya yang berdekatan dengan rumahku. Aku pun segera menghampirinya dan bertanya “Son , mana tas aku ?” dengan nafas tersedak aku bertanya kepada Soni, dengan polos soni menjawab “udah aku kasiin ke ibu kamu tadi pulang sekolah agama” mungkin pada saat itu karena kami masih anak-anak jadi terkadang pikiran kami masih polos. “kenapa kamu kasiin ke ibu aku, kan kata aku tunggu dulu di depan madrasah nanti aku ambil tasku” marahku kepada Soni, dengan polos Soni kembali menjawab “abisnya kamu lama sih, jadi aku pulang duluan terus nganterin tas kamu ke rumah kamu, kirain kamu udah pulang ke rumah”. “bego !! terus apa kata ibuku ?” rasa takutku pun mulai muncul. “ya dia nanyain Sururnya kemana Son ?, ya aku jawab maen bola tadi bu sama teman-temannya. Udah ya aku lagi disuruh nih sama bapa aku beli rokok” Soni pun berjalan menuju warung.
Aku pun berjalan menuju rumah sambil memikirkan alasan apa yang harus aku buat kalo nanti ibu nanya aku, sampailah aku ke depan rumah dan disana sudah ada ibu yang sedang mengasuh adikku di halaman rumah, “Surur sini !!” ibu memanggilku dan aku pun berjalan menuju ke arah ibu , “iya bu” tanyaku sambil terus memikirkan apa yang harus aku katakan, “dari mana ? kenapa jam segini baru pulang ? kenapa tas dititipin ke si Soni ? kata Soni tadi pergi maen bola bener gak ? berarti tadi gak masuk sekolah agama ?” bertubi-tubi pertanyaan dari ibu membuat aku semakin kebingungan. “oh iya bu tadi sekolah agama pulang lebih cepet, jadi aku maen bola dulu terus tas dititipin ke Soni, aku mandi dulu ya” jawabku sambil berlari mengambil anduk lalu menuju ke kamar mandi dan ibu pun hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.
Setelah kejadian itu karena sudah merasa aman dengan situasi seperti itu aku pun terus mengulanginya sampai akhirnya pada suatu hari ketika aku memutuskan tidak sama sekali pergi ke madrasah tapi langsung ke lapangan bola, sepertinya ibu mulai curiga denganku karena setiap pulang sekolah agama baju dan celanaku selalu kotor. Pada saat itu ibu pergi ke madrasah untuk mengecek apakah aku ada di madrasah atau tidak dan sesampainya di madrasah ibu tidak melihatku kemudian ibu pun bertanya kepada guru sekolah agama “bu, surur kemana ya ?” tanya ibu, “dia gak masuk hari ini bu, dan akhir-akhir ini dia sering permisi untuk buang air tapi gak pernah balik lagi ke madrasah” jawab ibu guru sekolah agama. “oh begitu ya bu, saya minta maaf karena kelakuan anak saya itu bu. Kalo begitu saya izin pamit dulu untuk mencarinya bu” ibu pun pergi dari madrasah untuk mencariku.

Alangkah kagetnya aku pada saat itu, ketika itu aku sedang asik bermain bola bersama teman-teman tiba-tiba ada suara yang memanggilku “surur !! surur !! pulang !!”, ketika aku melihat ke luar lapangan ternyata ibu yang berteriak memanggilku. Pada saat itu aku merasa sangat bersalah kepada teman-temanku karena selain memarahiku,ibu juga memarahi teman-temanku sebab ibu beranggapan bahwa mereka yang memaksaku untuk tidak sekolah agama dan malah bermain,padahal akulah yang memang sudah berniat untuk tidak pergi ke madrasah dan bermain bola. Setelah kejadian itu setiap hari aku pergi ke madrasah diantar oleh ibu dan ibu pun menunggu di warung sekitaran madrasah sampai aku selesai sekolah agama dan langsung menjemputku untuk pulang ke rumah. Mungkin karena kenakalan ku sendiri itulah yang menyebabkan aku sangat sulit untuk bisa bermain bersama teman-temanku lagi. 

Sabtu, 27 Desember 2014

Saudara Yang Terlukai

Pada suatu hari, seperti biasa aku dan keluargaku berangkat ke rumah saudara yang berada diluar kota untuk sekedar bersilaturahmi dan sambil refreshing diakhir pekan. Waktu itu aku berkunjung ke rumah kakak dari ibuku yang berada di bandung, kakak dari ibuku ini memiliki dua orang anak. Anak yang pertama adalah seorang perempuan yang berusia lebih tua dariku sekitar 4 tahun, namanya adalah teteh ine, dan anak yang kedua seumuran denganku, namanya adalah fajar. Pada saat itu aku baru berumur 5 tahun dan belum sekolah, sementara fajar yang berusia sama denganku tapi badannya memang lebih besar dariku dan pada saat itu sudah mulai sekolah di taman kanak-kanak sehingga dia selalu merasa lebih tua dan merasa lebih tahu segalanya di banding aku.
Hari itu aku dan keluarga berangkat subuh dari rumah agar dapat sampai di bandung pagi hari dan waktu yang dihabiskan bersama keluarga lebih lama. Sesampainya di rumah kakak dari ibuku aku langsung diajak bermain oleh saudaraku fajar, dan dia pun mengajak ku memancing di sebuah sungai di dekat komplek rumahnya. Pada saat itu aku hanya mengikuti saja apa yang dia katakan karena itu pertama kalinya aku memancing di sungai sehingga aku tidak tahu cara memancing di sungai, tapi aku sering memancing di kolam di belakang rumah bersama ayah sehingga aku pun tahu hal-hal apa saja yang harus dilakukan ketika memancing. Kami pun menghabiskan waktu hingga jam 9 di sungai dengan hasil pancingan beberapa ikan betok dan seekor ikan lele.
Selesai memancing fajar mengajak ku pulang dulu ke rumahnya untuk makan, kemudian kami menonton film kartun yang pada waktu itu hanya ditayangkan pada akhir minggu saja sehingga sayang untuk melewatkannya. Mungkin karena masih anak-anak pada saat menonton kami pun tertidur karena kecapean telah memancing dan mungkin karena perut yang kenyang sehingga memudahkan kami untuk tertidur.
Sekitar jam setengah satu siang kami pun terbangun karena ada beberapa teman satu komplek fajar yang datang ke rumah fajar untuk mengajak bersepeda keliling komplek. Aku yang pada saat itu memang belum terlalu cukup tinggi, tapi aku sudah pandai mengendarai sepeda karena dirumah pun aku sudah di belikan sepedah oleh ayah bahkan sepedah yang aku miliki lebih tinggi daripada sepeda yang fajar punya, namun karena fajar yang merasa lebih tua dan merasa lebih tahu segalanya disbanding aku tidak mengizinkan aku untuk mengendarai sepedanya dengan sangat kecewa aku pun hanya dibonceng olehnya untuk mengelilingi komplek dengan sepeda. Disinilah emosiku mulai timbul kepada fajar dan berfikiran untuk memukulnya, tapi pada saat itu mungkin karena aku tidak memiliki keberanian karena ada teman-teman komplek fajar yang mungkin akan membantunya apabila kami berkelahi.
Karena sudah lelah fajar dan teman-temannya memutuskan untuk pulang kerumah masing-masing dan bertemu kembali jam 4 untuk bermain bola di lapangan di depan rumah fajar. “Hah sepak bola?” yang terlintas dipikiranku saat itu adalah ini adalah saatnya untuk menunjukan bahwa aku lebih baik darinya, karena dari umurku 2 tahun aku sudah menyukai sepak bola dan mulai diajarkan oleh ayahku cara bermain bola, dan di rumahku aku sering bermain sepak bola bersama teman-teman sebayaku, dan bahkan orang yang lebih tua dan besar dariku. Pada saat itu keahlianku bermain sepak bola memang lebih menonjol ketimbang teman-teman sepantaran di rumahku ini yang membuat aku semakin yakin dapat membalas kekesalanku kepada fajar yang menganggap aku tidak bisa mengendarai dan tidak meminjamkan sepedahnya kepadaku.
Waktu sudah menunjukan jam setengah 4 sore , dan satu persatu teman-teman fajar pun sudah mulai berdatangan ke lapangan yang berada tepat di depan rumah fajar, aku pun tidak sabar untuk segera memulai permainan dan ingin segera menunjukan kemampuanku. Pada saat itu anak-anak yang berkumpul di lapangan ada 15 orang termasuk aku, karena pada saat itu mungkin karena aku yang paling kecil diantara mereke semua sehingga fajar menyuruhku untuk menunggu dipinggir lapangan untuk menjadi pemain pengganti karena jumlah pemain yang sudah pas , satu tim terdiri dari 7 orang. Aku yang pada saat itu sudah berada di tengah lapangan, dan berharap dapat menunjukan kemampuanku bermain sepak bola dengan berat hati berjalan kepinggir lapangan dengan meneteskan air mata karena emosi yang kupendam sudah tidak bisa aku tahan lagi.
Ayah yang melihat kejadian itu dari halaman rumah fajar langsung menghampiriku dan berkata , “kenapa kamu menangis ?”. Dengan terbata-bata aku berkata “pe…..ngen  pu….lang” sambil membasuh air mata aku menarik ayah untuk segera menuju mobil dan pulang. Namun ayah tak beranjak sedikit pun dan berkata “masa jagoan nangis, udah diem disini liat yang main bola siapa tau ada yang kecapean minta diganti nah nanti kamu bisa ikutan bermain juga”. Sedikit demi sedikit air mataku pun mulai berhenti keluar namun emosiku pada saat itu masih sangat tinggi sehingga sulit rasanya untuk berbicara karena mungkin emosi yang membuat dadaku menjadi sesak.
Setelah permainan berjalan sekitar 15 menit salah seorang teman fajar dijemput oleh orang tuanya karena mungkin ada keperluan, aku pun di dorong oleh ayah ke lapangan untuk ikut bermain bersama fajar dan teman-temannya. Aku yang pada saat itu bertelanjang kaki mulai memasuki lapangan dan aku mendapatkan tim yang berlawanan dengan fajar, sehingga kami saling bermusuhan dalam permainan ini. Fajar dan beberapa temannya pada saat itu menggunakan sepatu namun itu tidak mengecilkan semangatku untuk tetap bermain.
Di awal-awal permainan aku tidak mendapatkan bola karena teman se-teamku mungkin tidak percaya bila bola di oper ke anak seperti aku, hingga akhirnya aku berhasil merebut bola yang pada saat itu sedang di bawa oleh fajar dan membawanya ke arah gawang dengan melawati beberapa pemain dan mencetak gol pertamaku. Setelah itu teman-teman satu team mulai mempercaiku dan mulai memberikan beberapa operan kepadaku dan aku pun mencetak beberapa gol dan berhasil menunjukan bahwa aku memang memang memiliki kemampuan.
Setelah mencetak 5 gol aku pun merasa puas dan emosiku pun mulai mereda, tapi itu semua tidak berlangsung lama samapai ketika aku mendapatkan bola dan berusaha untuk membawanya ke gawang lawan pada saat itu fajar berusaha menjagaku, Fajar memang memiliki fisik dan teknik yang lebih dibanding teman-temannya namun itu belum cukup untuk menghentikanku dan aku pun berhasil melewatinya dan bersiap menendang bola ke arah gawang yang sudah ada di depanku. Tetapi ketika hendak menendang bola aku mendapat terjangan yang keras dari belakang sehingga membuatku terjatuh dan mengalami beberapa luka lecet dan lututku pun mengeluarkan darah karena terbentur akibat terjatuh tadi. Aku pun melihat kebelakang untuk mengetahui siapa yang telah menerjangku , dan alangkah kagetnya aku ketika melihat bahwa Fajarlah yang telah menerjangku dan berkata “itu bukan pelanggaran , ayo teruskan permainan”. Emosi yang tadinya sudah mereda kembali membara karena perbuatan dan perkataan yang telah Fajar lakukan terhadapku.
Aku pun kembali berdiri dan melanjutkan permainan dengan menahan rasa sakit yang terasa , ayah pun menyuruhku untuk berhenti bermain dan segera mandi untuk membersihkan luka lalu pulang. Tapi karena emosi , aku tidak menghiraukan ayah dan masih melanjutkan permainan, karena luka yang aku dapatkan membuat aku tidak dapat bergerak maksimal lagi dan hanya berlari mengejar-ngejar bola karena emosi. Sampai pada akhirnya lawan mengoper bola tersebut kepada Fajar dan dia pun tidak mengopernya kepada temannya lagi malah membawa bola tersebut ke arahku , mungkin pada saat itu dia berfikiran akan mudah untuk melewatiku karena aku sudah terluka. Karena emosi yang sudah memuncak aku tidak berfikir panjang ketika Fajar berusaha melewatiku bukannya berusaha untuk merebut bola tapi yang terlintas dipikiranku pada saat itu “Pukul !!!” dan aku pun langsung memukul tepat di wajah fajar dan pukulanku mengenai matanya dan dia pun terjatuh.
Pada saat itu semua yang ada lapangan terdiam karena apa yang telah aku lakukan, dan setelah itu aku pun berjalan untuk meninggalkan lapangan dengan tujuan untuk mandi di rumah fajar lalu pulang. Namun belum sempat aku meninggalkan lapangan , Fajar pun terbangun dan berlari kearahku dan berusaha untuk memukulku. Fajar yang badannya memang lebih besar dari pada aku berhasil menjatuhkanku namun pukulannya tadi tidak masuk ke wajahku karena aku berhasil menahannya dan memegangi tangannya sehingga kami terjatuh. Saat itu aku menengok ke arah ayah dan berharap ayah melerai kami, namun apa yang terjadi ayah malah berbalik arah dan masuk menuju rumah, aku tidak tahu apa yang dipikirkan ayah pada saat itu bukannya menolongku dengan melerai perkelahian kami. Fajar pun menggempurku dengan beberapa pukulan yang masuk ke wajahku, karena pada saat itu mungkin karena faktor badan fajar yang lebih besar daripada badanku sehingga dia berada diatasku dan sangat sulit untuk membalikannya. Setelah mendapat beberapa pukulan aku pun mulai kehilangan kesadaran namun entah mengapa aku berhasil memegang tangan sebelah kanan fajar dan menahannya sehingga hanya tangan kirinya yang terus memukuliku. Tanpa berfikir panjang lagi aku pun langsung menggigit tangan fajar karena sudah tidak sanggung lagi untuk menahan pukulan dari fajar , aku menggigit dengan sekuat tenaga dan pukulan fajar pun mulai berhenti. Tapi gigitanku tidak aku lepaskan sampai fajar berteriak memanggil orang tuanya dan keluarlah orang tua fajar dan orang tuaku yang pada saat itu berada di dalam rumah fajar. Ayah langsung berlari ke arahku dan ayah lah yang pertama memisahkan kami dan aku pun melepaskan gigitanku.
Aku pun babak belur dibuatnya, namun yang membuatku puas pada saat itu ketika melihat tangan Fajar yang tadi aku gigit mengeluarkan darah secara terus-menerus dan nampaknya luka yang telah aku hasilkan sangatlah parah. Karena darah yang terus keluar dari tangan Fajar, akhirnya dia pun dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut, dan alhasil Fajar pun mendapatkan 6 jahitan di tangan kanannya karena gigitan yang aku hasilkan. Setelah mengantar Fajar ke rumah sakit, ayah meminta maaf kepada orang tua Fajar yang tidak lain merupakan kakak dari ibuku atas apa yang telah aku perbuat kepada Fajar.
Hari sudah malam dan kami pun kembali menuju rumah, niat yang tadinya ingin bersilaturahmi tapi karena kesalahan yang telah aku perbuat semuanya malah menjadi kacau. Ketika di dalam mobil di perjalanan menuju rumah, aku duduk dikursi depan dan ibu duduk dikursi belakang karena membawa adikku yang pada saat itu masih balita dan sedang tertidur, aku bertanya kepada ayah, “kenapa ayah tidak menolongku atau membantuku pada saat itu ? padahalkan ayah bisa meleraiku, jadi kan gak bakal gini jadinya” Tanyaku kepada ayah yang saat itu sedang fokus menyetir sambil merokok. “oh itu, ayah tidak meleraimu karena ayah tidak mau mencampuri urusanmu, jika kamu dihadapkan dengan sebuah masalah yang telah kamu buat,jangan pernah lari dari masalah itu karena itu akan membuat masalah yang ada tidak akan pernah selesai, hadapilah semua masalah yang telah kamu ciptakan agar masalah itu terselsaikan” jawab ayah sambil tersenyum kepadaku.

Pada hari itu aku mendapat pelajaran berharga dari ayahku yang kemudian semakin membuat aku berani melakukan hal-hal yang aku sukai meskipun itu salah tapi aku selalu siap untuk menghadapi masalah yang telah aku buat itu.